Kumpulan Nasehat

Lezatnya Ibadah Kepada Ar-Rahman 
posted in Munakahat & Keluarga, Muslimah, Untaian Nasehat

 
بسم الله الرحمن الرحيم
Penulis : Al Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al Atsariyyah
Aktivitas seorang ibu rumah tangga hampir tak pernah berhenti dalam sehari, sejak bangun tidur hingga tidur kembali. Melayani suami, mengasuh anak-anak, mengurus rumah dengan segala kebutuhannya adalah rutinitas yang akrab dengan dirinya. Dengan kesibukan yang ada, tak terasa hari terus bergulir, jam demi jam terlewati, malam pun kembali menjelang dan tak terasa hari pun berganti. Demikian seterusnya…
Namun disayangkan, di tengah aktivitas ini –yang sebenarnya bernilai ibadah bila dilakukan ikhlas karena Allah dan berharap pahala dari-Nya– terkadang didapatkan adanya sikap tidak bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah kepada Allah seperti shalat lima waktu. Sehingga dengan alasan sibuk bersama si kecil, ibadah shalat sering ditunda penunaiannya sampai hampir keluar dari waktunya. Kalaupun dikerjakan lebih awal, dilakukan dengan penuh ketergesaan, ditambah lagi dengan ‘gangguan’ si kecil. Shalat tak lagi dirasakan kelezatannya, padahal ibadah kepada Ar-Rahman itu memiliki kelezatan bagi orang yang dapat menikmatinya.
Kelezatan Ibadah
Termasuk anugerah terbesar yang Allah berikan kepada seorang hamba adalah si hamba dapat merasakan lezatnya ibadah dengan ketenangan jiwa, kebahagiaan hati, kelapangan dada dan ketentraman yang ia peroleh ketika melaksanakan ibadah dan sesudah menunaikan ibadah. Kelezatan ini berbeda-beda tingkatannya pada setiap individu sesuai dengan kuat atau lemahnya iman. Kelezatan ini dapat diperoleh bila ditempuh sebab-sebabnya dan dapat hilang bila hilang pula sebabnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((وَ جُعِلََ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلاَةِِِ))
Dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat.” (HR. An-Nasai, dihasankan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad, 1/82)
Beliau memberikan pernyataan seperti ini karena beliau mendapatkan kelezatan dan kebahagiaan hati ketika mengerjakan shalat. Panjangnya shalat malam beliau merupakan satu bukti tentang kelezatan yang beliau peroleh tatkala bermunajat kepada Rabb-nya.
Menjelang wafat, Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu menangis. Namun ia bukan menangisi ajal yang akan menjemputnya. Dengarkanlah sebab tangisnya:
إِنَّمَا أَبْكِي عَلَى ظَمَأِ الْهَوَاجِرِ وَ قِيَامِ لَيْلِ الشِّتَاءِ وَ مُزَاحَمَةِ الْعُلَمَاءِ بِالرُّكَبِ عِنْدَ خَلْقِ الذِّكْرِ
Aku menangis hanyalah karena aku tidak akan merasakan lagi rasa dahaga (orang yang berpuasa) ketika hari sangat panas, bangun malam untuk melaksanakan shalat di musim yang dingin dan berdekatan dengan orang-orang yang berilmu saat bersimpuh di halaqah dzikir.”
Sebab-sebab mencapai lezatnya ibadah
Ada beberapa sebab untuk mendapatkan lezatnya beribadah kepada Ar-Rahman, di antaranya:

1. Bersungguh-sungguh untuk taat kepada Allah hingga jiwa dapat merasakan lezatnya ibadah
  1. Dan tentunya hal ini membutuhkan kesabaran dengan terus memaksa jiwa berjalan di atas ketaatan. Awalnya memang sulit, namun seperti kata seorang penyair Arab:

لَأَسْتَسْهِلَنَّ الصَّعْبَ أَوْ أُدْرِكَ الْمنَى
فَمَا انْقَادَتِ الآمَلُ إِلاَّ لِصَابِر
Sungguh-sungguh aku akan menganggap mudah kesulitan itu hingga diperoleh apa yang kuinginkan dan kuharapkan
Tak kan tunduk harapan itu kecuali kepada orang yang sabar.
2. Meninggalkan banyak makan, minum, berbicara dan memandang tanpa ada keperluan
Sepantasnya seorang muslim tidak berlebihan dalam makanan dan minuman, namun sekadar dapat menegakkan tulangnya, untuk membantunya untuk menunaikan ibadah dan beramal. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
(يا بني آدم خذوا زينتكم عند كل مسجد و كلوا واشربوا و لا تسرفوا إنه لا يحب المسرفين)
Wahai anak-anak Adam, kenakanlah perhiasan kalian setiap kali menuju ke masjid. Makanlah kalian dan minumlah namun jangan berlebih-lebihan/ melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al-A’raf: 31)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((كُلُوا وَ اشْرَبوا وَ الْبَسوا وَ تَصَدَّقُوا فِي غَيْرِ إسَرافٍ وَ لاَ مخيلَةٍ))
Makan, minum dan berpakaian serta bersedekahlah kalian tanpa berlebih-lebihan dan tanpa takabbur.” (HR. Al-Bukhari)
Karena itulah kita dapat melihat, orang yang perutnya penuh dengan makanan maka ia akan malas mengerjakan shalat. Tidaklah ia bangkit menunaikannya kecuali laksana ia digiring dengan terbelenggu. Bila ia masuk di dalam shalat, ia menanti-nanti saat imam mengucapkan assalamu ‘alaikum wa rahmatullah.
Namun jangan dipahami bahwa seseorang itu harus mengurangi makan dan minumnya hingga bermudharat bagi tubuhnya, yang akibatnya akan terluput darinya kemaslahatan ukhrawi dan duniawi, sebagaimana perbuatan orang-orang yang tenggelam dalam sikap ghuluw (ekstrim).
Seorang muslim juga harus mengontrol ucapan lisannya dan mempersedikit berbicara, sebaliknya ia menyibukkan lisannya dengan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, amar ma’ruf nahi mungkar dan berdakwah mengajak manusia ke jalan yang benar. Dibolehkan seseorang berucap dengan pembicaraan yang mubah selama tidak berlebihan hingga pada akhirnya membuat hati menjadi keras dan kaku.
Adapun maksud membatasi pandangan adalah membatasinya dari memandang apa yang diharamkan ataupun dimakruhkan, seperti melihat surat kabar dan majalah yang di dalamnya memampang gambar-gambar yang memancing dan mengobarkan syahwat serta membawa kepada kehinaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
( إن السمع و البصر و الفؤاد كل أولئك كان عنه مسئولا)
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan ditanya kelak di hadapan Allah.” (Al-Isra: 36)
3. Memperbaiki makanan, minuman dan penghidupan
Seorang hamba perlu memperhatikan makanan, minuman dan penghidupannya. Janganlah ia masukkan ke dalam perutnya kecuali makanan dan minuman yang halal lagi baik (halalan thayyiban). Demikian pula dari penghidupannya yang lain, karena makanan, minuman dan penghidupan dari hasil yang haram dapat menghalangi seorang hamba dari kebaikan dengan terhalangnya pengabulan doanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
((إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا,وَ إِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ, فَقَالَ تَعَالَى : (يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَ اعْمَلُوْا صَالِحًا). وَ قَالَ تَعَالَى: (يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوْا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتٍ مَا رَزَقْنَاكُمْ . ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَقُوْلُ : يَا رَبُّ يَا رَبُّ وَ مَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَ مَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَ مَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَ غُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنىَّ يُسْتَجَابُ له))
Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, Dia tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kaum mukminin dengan apa yang Dia perintahkan kepada para rasul. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: (Wahai para rasul, makanlah makanan yang baik dan beramal shalihlah). Dan Dia berfirman: (Wahai orang-orang yang beriman, makanlah makanan yang baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian). Kemudian Rasulullah menceritakan tentang seorang lelaki yang telah menempuh perjalanan yang panjang, dalam keadaan rambutnya kusut masai lagi berdebu. Ia menengadahkan tangannya ke langit seraya menyeru: Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku. Sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia dihidupi dari yang haram, lalu bagaimana mungkin doanya akan dipenuhi.(HR. Muslim)

4. Menjauhkan diri dari perbuatan dosa, yang kecil terlebih lagi yang besar.
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah pernah berkata: “Aku tercegah untuk melaksanakan shalat malam karena satu dosa yang kuperbuat.
Ketika Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah duduk di hadapan Al-Imam Malik rahimahullah guna memperdengarkan bacaannya, Al-Imam Malik kagum dengan kecerdasan, kepandaian dan sempurnanya pemahaman Al-Imam Asy-Syafi’i. Al-Imam Malik pun berkata: “Aku berpendapat bahwa Allah telah meletakkan di hatimu cahaya maka jangan engkau padamkan cahaya itu dengan kegelapan maksiat.”
Terhalang dari lezatnya ibadah
Di antara satu tanda yang jelas dari sekian tanda terhalangnya seseorang dari nikmatnya ibadah adalah ia merasa berat untuk melaksanakan ibadah seperti shalat, sehingga kalaupun ia shalat maka ia bangkit dalam keadaan malas seakan-akan ia digiring kepada kematian sementara ia melihat kematian itu di depan matanya. Kita lihat ketika shalat ia seperti ayam yang mematuk-matuk makanannya, begitu cepat selesainya. Seandainya orang ini merasakan lezatnya shalat niscaya ia akan bersegera mengerjakannya. Ia akan memperbaiki shalatnya dan seselesainya shalat, ia sibukkan dirinya dengan wirid-wirid dan dzikir-dzikir. Namun memang hati yang terpaut dengan dunia merasa berat dan sulit untuk melakukannya. Kita mohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala keselamatan dan ampunan sebagaimana kita berharap taufiq dan hidayah-Nya. Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab.

http://www.majalahsyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=183


Selamatkan Putri-Putri Kalian !!!! 

Oleh: Syaikh Salim al ‘Ajmiy hafizhohullaah.

Segala puji bagi Allah di bumi dan langit-Nya. Pengabul doa orang yang berdo’a dengan nama-nama-Nya. Yang hanya Dia yang memiliki kemampuan penakluk. Dan hanya Dia yang memiliki kekuatan tak terkalahkan. Dialah Allah yang tiada sembahan yang haq selain-Nya. Baginya segala puji di dunia dan di akhirat.
Dia telah memberi hamba-hamba-Nya petunjuk, dengan keimanan, kepada jalan kebenaran. Dan memberi mereka tawfiq kepada bekal paling bermanfaat di akhirat. Hanya Dialah yang mengetahui yang ghaib. Sehingga Dia mengetahui yang disimpan ataupun diungkapkan oleh setiap hamba-Nya. Bertasbih kepada-Nya segala sesuatu di langit dan bumi dan begitu juga burung-burung yang mengembangkan sayapnya. Dia Maha Tahu sholat dan tasbih mereka semua.
Semoga sholawat dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada orang yang telah Ia angkat dengan pilihan-Nya ke tempatnya yang tinggi. Dan yang telah Ia utus kepada seluruh manusia dengan agama yang lurus dan hanif. Dan yang telah ia jadikan sebagai manusia paling mulia di antara orang-orang yang terdahulu dan yang akan datang. Dan telah Ia kirimkan dengan petunjuk dan agama kebenaran untuk Ia jayakan agama itu di atas agama-agama lain, walaupun orang-orang musyrik membencinya.
Amma ba’du.
Sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’aalaa dengan ketinggian hikmah-Nya dan kesempurnaan nikmat-Nya, telah memuliakan agama Islam dan mensucikannya dari kotoran. Dan telah menjadikan penganutnya sebagai umat terbaik untuk seluruh manusia. Serta telah menjadikan para wali-Nya sebagai sebaik-baik dan sedekat-dekatnya hamba. Mereka memelihara batasan-batasan-Nya dan bersabar. Mereka menyeru manusia kepada-Nya dan memberi peringatan. Dan mereka itu takut kepada Tuhan yang ada di atas mereka serta mengerjakan apa yang diperintahkan. Dengan ayat-ayat Tuhan mereka beriman. Kepada keridhoan-Nya mereka bergegas. Dan terhadap orang-orang yang keluar dari agama-Nya mereka berjihad. Serta kepada para hamba-Nya mereka bersungguh-sungguh untuk bersikap tulus. Dan di atas ketaatan kepada-Nya mereka bersabar. Kepada Tuhan mereka bertawakkal. Dengan akhirat mereka beriman. Mereka itulah yang berada di atas petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Namun ada sebagian orang yang telah Allah angkat derajat mereka dengan Islam, tapi mereka malah menghendaki kehinaan dengan menyimpang dari jalan yang lurus. Dan sebagian orang yang telah diberikan cahaya dalam menempuh jalan kehidupan ini, malah menghendaki hidup dalam kegelapan.
“Adalah suatu keanehan, dan yang aneh itu berupa-rupa
Yang dibutuh dekat tapi tak terjangkau dia
Bak unta mati kehausan di padang sahara
Padahal air di punuknya ia bawa-bawa”
Kenyataan tragis dan buruk yang kita temukan sekarang membuat kita khawatir akan masa depan.
Mesti kita akui bahwa kita terhanyut dalam arus yang silih berganti. Arus yang satu lebih kuat dari yang lain.
Dan para musuh kebaikan terus saja berusaha mendapatkan cara dan taktik untuk mengeluarkan para wanita Islam dari pagar iffah dan kemuliaan ke lumpur kebejatan dan kotoran.
Musibah yang lebih besar dan kengerian yang lebih dahsyat adalah bahwa banyak orang yang tertipu dengan taktik-taktik, kebatilan-kebatilan dan rencana-rencana jahat mereka. Maka norma-norma dasar pun roboh dan rasa cemburu menjadi lemah. Dan yang membuat hati bertambah duka dan sedih adalah bahwa sebagian orang bahkan menghanyutkan diri mereka dalam arus yang menyimpang ini dengan sengaja dan sadar atas kehancuran yang diakibatkannya. Sedang sebagian yang lain telah dihinggapi kelalaian sehingga tak ada kesadaran ataupun pikiran.
Kalau kau tidak tahu maka itu adalah petaka
Sedang jika kau tahu maka petakanya lebih besar lagi jadinya
Sudah pasti dan tak diragukan lagi, bahwa marabahaya yang sekarang ini kita sedang ada di dalamnya, hanyalah sebuah pendahuluan atas bahaya-bahaya lain yang lebih besar dan lebih dahsyat lagi, selama kita masih saja terus lalai.
Sekarang ini para wanita sudah sangat meremehkan perkara hijab. Dan akibat di belakang itu hanyalah banyaknya keburukan-keburukan yang mereka lakukan, pelanggaran batasan-batasan adab dan moral, dan kefasikan-kefasikan serta kerusakan. Ini adalah hal yang nampak jelas bagi semua orang.
Maka apa yang akan kita bicarakan? Dan dengan apa kita memulai?
“Kalau hanya satu panah tentu bisa kuhindari
Tapi ini satu panah, dua, tiga, bertubi-tubi”
Dan keadaan para wanita yang kita lihat sekarang ini tidak akan menjadi sedemikian rupa kalau di belakang itu tidak ada para laki-laki yang bersikap meremehkan, yang sudah melemah tekad mereka dan mengabaikan tanggungjawab, kemudian mulai mengangguk-anggukkan kepada terhadap apa yang mereka sadari sebagai hal yang tidak pantas, kebobrokan dan kehinaan..!!
Baru kemarin mereka adalah laki-laki di medan perang, para penunggang kuda gagah perkasa di medan laga, namun ketika terbit mentari pagi kenyataan menyakitkan ini, tiba-tiba mereka melepaskan pedang penentangan, menurunkan bendera kehormatan dan puas dengan hal-hal rendahan, lalu mengumumkan kekalahan dengan malu-malu.
Duhai betapa ruginya, umat yang kehilangan para jagoannya pada saat ia sedang sangat membutuhkan mereka.
Sebagian wanita sudah sampai menjadikan pasar-pasar sebagai tempat rekreasinya. Merekapun keluar dari satu pasar untuk masuk ke pasar yang lain.
Bersenda gurau dengan para penjual, berpakaian terbuka dan bermake-up wajah dan kulit.
Apakah laki-laki itu tidak bertanya pada dirinya sendiri, untuk siapa para istrinya itu berbuka-bukaan dan untuk siapa mereka berhias?
Tidakkah hatinya bergeming sedikitpun karena cemburu atas para wanitanya?
Yang lebih ngeri lagi adalah bahwa wanita itu pergi sendirian pada waktu seperti itu, yang amat banyak petakanya dan meluas bahayanya.
Tanyalah pada dirimu sendiri, untuk siapa dia berhias? Untuk siapa dia berbuka-bukaan? Apa yang dia inginkan?
Kalau setiap kita mengklaim istrinya sebagai orang yang dapat dipercaya, kalau begitu, lalu perempuan-perempuan yang memenuhi pasar-pasar dan meramaikan jalan-jalan itu, anak-anak perempuan siapa?
Pembuatan berbagai macam model pakaian sudah dimulai di tangan para musuh kebaikan. Setiap hari, pakaian yang mereka buat semakin minim dan semakin jauh dengannya sikap iffah. Namun sangat disayangkan, mereka masih saja mendapatkan orang-orang yang mengikuti mereka.
Maka muncullah pakaian-pakaian pendek dan celana-celana yang menjijikkan serta baju-baju yang mencoreng iffah..!!
Dan ketika tidak mampu mempengaruhi sebagian orang baik-baik, mereka masuk melalui pakaian-pakaian tabarruj yang dinamai dengan selain namanya. Muncullah “‘abaa`atul katif”, dan “abaya islami” serta cadar (tipis) yang pada hakekatnya tidak lain adalah “tabarruj berkaleng” yang disebut penutup padahal tidak.
Apakah ‘abaa`atul katif itu menutupi tubuh? Dan apakah abaya islami itu -seperti yang mereka klaim- mencegah fitnah?
Yang menjadi petaka adalah bahwa sebagian wanita menjadikannya sebagai cara menimbulkan fitnah. Mulailah mereka bermodel-model membuat bordiran dan kilapan. Kemudian abaya itu dikenakan dengan tutup kepala yang berkilau dengan tulisan nama di atasnya..!
Ah.., di manakah para lelaki yang punya rasa cemburu?
“Jika suatu kaum mendapat petaka pada akhlaknya
Maka kumpulkanlah orang untuk menangisi mereka”
Dan sebagian orang menganggap berkendaraannya seorang perempuan sendirian dengan seorang supir, sambil supir itu bersenang-senang dengan si perempuan ke mana-mana, sebagai perkara remeh.
Kemana perempuan itu pergi?
Dan yang parah lagi, apa yang kita saksikan mulai banyak menyebar di jalan-jalan. Yaitu berkendaraannya seorang perempuan di samping supir, berdampingan. Bukankah supir itu seorang laki-laki?
Bagaimana kalian ini?
Seorang laki-laki dari arab pedalaman keluar dalam suatu perjalanan. Ketika ia sampai di sebuah sungai, ternyata di situ ada seorang perempuan yang menyingkap rambutnya. Kemudian perempuan itu menggoda si laki-laki dan berkata: kemarilah! Laki-laki itu berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam. Maka perempuan itu mengenakan jilbabnya dan pergi dengan rasa takut dan cemas. Si laki-laki mengikutinya sampai perempuan itu tiba di perkemahan keluarganya. Si laki-laki bertanya tentang perempuan itu, maka ia pun diberitahu siapa ayah perempuan itu. Perempuan itu kemudian ia lamar dan ia nikahi. Lalu ia berkata: siapkanlah ia sampai aku kembali dari perjalananku. Ketika laki-laki itu masuk menemui si perempuan, setelah beberapa waktu, ia berkata: apa maksud kamu menggoda saya ketika itu?
Perempuan itu berkata: janganlah kamu heran dengan seorang gadis yang berkata: aku berhasrat padamu! Demi Allah, kalau memang ia sedang berhasrat pada seorang laki-laki hitam, maka laki-laki itulah hasratnya.”
Maka janganlah kalian berkata dengan perkataan orang-orang bodoh, bahwa supir itu bukan orang apa-apa. Karena berapa banyak wanita yang berkedudukan tinggi, jatuh di lumpur para lelaki rendahan yang bejat.
Dan sebagian wanita pergi dengan pakaian terbuka tanpa kendali dan aturan. Keluar kapan saja, masuk kapan saja semaunya. Apakah si laki-laki itu tidak bertanya pada dirinya sendiri, kemanakah istrinya pergi? Apakah mungkin laki-laki itu tidak tahu? Ataukah dia tahu tapi dia sudah sedemikian mengalah.
Sebagaimana sebagian pria juga tidak merasa enak untuk keluar bersama istrinya kecuali kalau istrinya itu berpakaian terbuka dan mutabarrij, dengan menyingkapkan wajah dan keindahan tubuhnya. Bukankah orang seperti ini keadaannya seperti orang yang berkata pada orang banyak: hei, kemarilah dan lihatlah istriku dan kehormatanku. Pemelihara kemuliaan dan kelaki-lakianku!
Duhai betapa mengherankannya!! Apakah seorang laki-laki bisa menjadikan kemuliaan dan kehormatannya sebagai barang pameran yang bisa dilihat dengan murah, bahkan gratisan..!
“Serigala-serigala itu hanya menerkam yang tak ada anjing penjaganya
Dan mereka akan menghindar dari kandang yang ketat penjagaannya”
Dan salah satu musibah yang merisaukan, sumber kebinasaan yang menghancurkan, yang membuat hati ini meleleh karena sedih dan pedih: perbuatan sebagian orang yang memasukkan “satelite” ke dalam rumahnya. Secara sadar atau tidak sadar, ia telah mengajak keluarganya kepada keburukan, penyimpangan, mengenal hal-hal yang menyebabkan kecurigaan, menghidupkan perbuatan-perbuatan rendah, dan membunuh perilaku-perilaku luhur.
Engkau dapatkan di dalam rumah itu seorang gadis yang belum menikah, atau mungkin yang sudah telat menikah, atau seorang gadis belia yang masih belum tahu apa-apa soal dunia, lalu orang tadi menanamkan alat ini di rumahnya, maka “satelite” ini pun menjadikan naluri itu menyala-nyala, membuat perasaan itu berkobar-kobar, dan memudahkan siapapun untuk terjerembab dalam kesalahan. Akibat tayangan-tayangan yang membangkitkan syahwat dan film-film yang menggoda hasrat. Kalau gadis itu tidak menemukan jalan untuk memenuhi hasratnya secara halal, maka ia akan berusaha mencari hal-hal yang haram, yang diajarkan oleh “satelite” ini tentang bagaimana mendapatkannya dengan cara yang mudah.
Dan bisa jadi, perempuan ini adalah seorang istri yang tidak mendapatkan perhatian dari suaminya. Sedang suaminya itu melalaikannya dengan sering berada di tempat-tempat hiburan atau kantor. Atau mungkin sedang bergaul dengan para pelacur dan perempuan rendahan. Maka sang istripun duduk bergelut dengan dua perkara: antara sebuah “satelite” yang menggelorakan perasaannya dengan menayangkan postur indah laki-laki, dan seorang suami hidung belang yang lalai dan sibuk dengan kesenangannya sendiri. Maka ia pun tidak menemukan jalan lain selain dengan menjatuhkan diri dalam kesalahan.
Di sini kami tidak sedang mempermudah kaum wanita untuk melakukan penyimpangan dan kami tidak sedang membela mereka untuk itu. Akan tetapi kami menceritakan kenyataan yang ada, dengan harapan semoga hal itu dicermati oleh para lelaki yang khawatir kalau kehormatan mereka akan terkotori.
Maka berapa banyak orang yang memasukkan “satelite” ke rumah, lalu itu menyebabkan perilaku putra putri mereka berubah. Mulailah putri-putri mereka sering menenteng handphone, membantah orang tua mereka, bersikap kelaki-lakian terhadap saudara atau suami mereka. Apakah orang yang memasukkan “satelite” ini tidak melihat perubahan itu?
“atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).”
Ada sekian orang yang menghadirkan “satelite” ini ke rumah mereka dengan tidak menyadari akibat perbuatan tersebut, maka mereka kemudian menuai kerendahan dan kehinaan, kecelakaan dan kehancuran. Mereka telah membangkitkan naluri dan menggelorakan hati putri-putri mereka, hingga putri-putri mereka itu pun terperosok dalam kesalahan. Coreng morenglah wajah yang tadinya putih, dan tertunduk hinalah kepala yang tadinya lurus tegak, lalu merekapun meratapi nasib pahit itu. Maka terdengarlah teriakan menyedihkan yang menjawab mereka:

“”Sudah cukup celaan itu ayah, engkaulah yang tercela
Cukup sudah, kini tak ada lagi gunanya mencela
Merintihlah keiffahanku dan mengaduhlah kesucianku
Mata ini dengan pedihnya terpejam rasa malu
Ayah, dulu mutiara kesucian adalah celak mataku
Kini dengan air mata terhapus sudah celak itu
Aku adalah seorang perawan, wahai ayahanda!
Yang nampak kotor di mata mereka yang mulia
Panah kehinaan tertancap dalam keiffahanku
Namun, apa yang engkau tahu tentang panah itu?
Yah, siapakah orang yang bisa menerima kenyataanku
Sedang di rahim ini menggeliat hasil perbuatan haram itu
Yah, siapakah yang akan menerimaku sebagai gadisnya
Sedang di mata orang aku sudah sedemikian tercela
Luka badan akan sembuh lama-lama
Namun luka kehormatan tidak ada sembuhnya
Ayah, inilah keiffahanku, maka jangan cela aku
Ia terkotori yang haram karena perbuatanmu
Kau tanam di rumah kita piringan kefasikan
Buahnya, wahai ayah, racun dan kematian
Kekufuran dan penyimpangan mengobarkan api
Yang ikut menyalakan gejolak di mata naluri kami
Kami tonton kisah kasih asmara
Kami pun penasaran, apakah itu cinta?
Bermacam gaya sensual mereka kuasai
Nafsu di hati orang yang menyaksikannya pun menjadi-jadi
Seakan telah engkau sediakan seorang pelacur
Yang menggoda kami ketika orang pergi tidur
Kalau saja batu itu punya hati, ayah
Tentu ia akan terangsang, apalagi manusia, yah
Engkau menghardikku atas terlepasnya kesucianku
Padahal kaulah yang mestinya dihardik, kalau kau tahu
Ayah, telah kau hancurkan aku dan kini kau menangisi
Reruntuhan puing sambil berkata: mengapa ini bisa terjadi?
Ayah, darah kesucianku inilah buah yang kau petik
Maka siapakah di antara kita yang seharusnya dihardik?”

Maka adakah orang yang tersadar sebelum musibah itu terjadi, dan sebelum kecelakaan itu menimpa? Mengapakah kita tidak mengambil pelajaran dari orang lain. Apakah kita menunggu untuk dijadikan pelajaran oleh orang lain? Keluarkanlah piringan-piringan yang disodorkan oleh bangsa Barat busuk itu, yang lalu disimpan oleh rumah-rumah kalian. Apakah kalian menunggu sampai putri kalian keluar dengan teman laki-lakinya meskipun kalian tidak suka? Apakah kalian ingin ia membawa teman laki-lakinya itu ke rumah? Inilah yang diajarkan oleh “satelite” itu, maka sadarlah..!
Sekalipun musibah yang ditimbulkan oleh “satelite” ini begitu besar, namun ia mulai nampak remeh di depan fitnah internet!
Ini membuktikan kebenaran hadis Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam: “Akan datang fitnah-fitnah yang sebagiannya membuat sebagian yang lain menjadi nampak kecil”. Maksudnya, setiapkali datang suatu fitnah, maka fitnah yang sesudahnya membuatnya nampak remeh, dan kelihatan kecil padahal tidak kecil. Tapi karena begitu besarnya fitnah yang datang kemudian itu.
Apakah kalian tahu, apa internet itu?
Ia adalah alat yang menghubungkanmu dengan dunia, dari utara sampai selatan, dari timur ke barat. Maka kamu bisa membaca apa saja yang kau mau. Kamu bisa masuk ke saluran apa saja yang kau suka. Di dalamnya ada pemandangan dan perkataan apa saja tanpa batas. Internet ini sudah sedemikian banyak menghancurkan pemudi-pemudi. Maka berubahlah tingkah laku mereka. Mulailah mereka menjalin pertemanan dengan pemuda-pemuda melalui chat. Dan mulailah terjalin hubungan yang maksud di belakangnya tidak lain adalah perbuatan keji dan merusak kehormatan.
Maka wahai orang-orang yang memiliki kecemburuan, bagaimana kalian bisa mengizinkan putri-putri kalian menceburkan diri dalam lautan internet? Di manakah sikap melindungi kalian? Di manakah kecemburuan kalian? Di manakah kesatriaan kalian? Tidak cukupkah kerusakan yang ada di jalan-jalan sekeliling, sehinga kalian menyodorkan untuk putri kalian kerusakan seluruh dunia (yang ada di internet -pent)?
Dan yang mengherankan juga adalah orang yang mengizinkan perempuan-perempuannya masuk ke kafe-kafe internet dengan alasan membuat kajian sekolah. Bagaimana engkau mengizinkan wanita-wanita-muhrim-mu untuk berikhtilat dengan pemuda-pemuda kafe yang sebagian besarnya datang tidak lain untuk berbuat kerusakan dan berselancar di situs-situs kehinaan??
Dan salah satu hal yang sudah umum dan jamak, yang merobohkan prinsip dan nilai, yang orang tak lagi bisa berkata apa-apa tentangnya dan menciut sudah semua ungkapan di hadapannya: mengizinkan anak-anak perempuan untuk berikhtilat di sekolah ataupun di tempat kerja!
Dan masalah ini, apa yang harus kita katakan tentangnya dan apa yang seharusnya tidak kita katakan? Dan bagaimana kita memulainya dan di mana kita akan selesai? Semua yang berkaitan dengannya membuat sedih. Dan semua yang berkenaan dengannya membuat pedih.
Malam penuh duka ataukah pagi yang sarat dengan pilu
Sungguh, betapa banyak yang berlaku buruk padamu, wahai negriku
Kuratapi kaumku atau kudiamkan saja rasa sakitku
Sebuah duri di tenggorokanku dan setumpuk gunung dalam hatiku
Sesungguhnya ikhtilat adalah sebab setiap keburukan, dan pengantar menuju hilangnya kehormatan dan lenyapnya kemuliaan. Berapa banyak pemudi yang ketika masuk (sekolah atau tempat kerja -pent) berpakaian sopan, namun kemudian bertabarruj. Yang tadinya cerdas, namun kemudian dihinggapi kebodohan. Tidakkah walinya menanyakan dirinya sendiri apakah sebab itu semua? Ataukah sebenarnya dia melihat namun kemudian memejamkan mata. Karena terpikir olehnya untuk bisa memetik hasil gaji putrinya, atau terlepas dari kewajiban memberinya nafkah, atau alasan lain yaitu “ad dayatsah”.
Demi Allah, bagaimana dengan seorang perempuan yang berikhtilat dengan seorang laki-laki asing, apakah mungkin kalau ia tidak akan cenderung pada laki-laki itu? Seorang pemudi duduk bersama seorang pemuda dalam satu kamar atau satu ruang pertemuan, apakah engkau tidak mengira bahwa sebenarnya engkau menuntutnya untuk melakukan suatu hal yang mustahil?
Sesungguhnya ikhtilat itu mengakibatkan kecenderungan. Dan kecenderungan itu membuahkan hubungan haram yang setelahnya si pemudi itu akan menuai kerendahan dan kehinaan. Bagaimana seorang yang membiarkan perempuannya di tengah-tengah anak muda bisa menilai dirinya sebagai seorang laki-laki? Sedang anak-anak muda itu mencium aroma wangi perempuannya itu, menikmati merdu suaranya dan memperhatikan setiap gerak-geriknya? Apakah ini bukan “dayaatsah”?
Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam bersabda: “Tidak akan masuk sorga seorang laki-laki dayyuuts”. Dan “dayyuuts adalah orang yang tidak punya rasa cemburu sedikitpun terhadap muhrim-muhrimnya.
Mengapakah sebagian orang menjadi sedemikian buta dan tuli?
Awas wahai orang yang lalai! Putrimu duduk bersama para lelaki! Tahukah kamu apa artinya itu? Jangan kalian menuntut sesuatu yang mustahil dari para wanita yang lemah itu. Perempuan itu perasaannya sensitif. Bisa saja ia duduk bersama pemuda yang telah mencuri hatinya, walaupun pemuda itu tidak bermaksud apa-apa. Dan bisa jadi ia adalah seorang perempuan yang tidak mendapatkan perhatian suaminya. Lalu ia menemukan seorang yang bersikap mesra kepadanya dan mempermainkan perasaannya yang sedang kosong, maka iapun tergiring dalam kerendahan.
Maka bertakwalah kepada Allah terhadap qalbunya para perawan
Karena para perawan itu qalbu mereka diliputi kekosongan
Sekali kuda jantan meringkik, ia akan didekati kuda betina. Sekali unta jantan menggeram, ia akan diinginkan oleh unta betina. Dan sekali kambing jantan mengembik, ia akan diminta oleh kambing betina. Dan dulu ada pepatah: “kalau kuda jantan meringkik, kuda betina akan menaruh perhatian padanya”. Lalu bagaimana dengan seorang laki-laki yang duduk bersama seorang perempuan selama satu tahun penuh, di satu meja dan di satu majlis?
Jangan kalian bilang seperti yang dikatakan oleh orang-orang bodoh yang tidak punya sikap kesatriaan: ini adalah berburuk sangka. Sesungguhnya ini adalah kenyataan yang sebenarnya. Maka bilang saja: kami sudah ciut, dan tak lagi mampu menghantam para penganut kebatilan. Dan jangan ia katakan: ini adalah berburuk sangka. Marilah kita mengakui realitas ini.
Salah satu akibat dari ikhtilat ini adalah hubungan pacaran yang sudah sedemikian biasa. Bisa jadi engkau tidak dapat menemukan -kecuali sedikit sekali- laki-laki yang tidak punya pacar. Pacaran sudah begitu menyebar, perselingkuhan sudah sedemikian banyak, perilaku bodoh semakin meningkat khususnya di antara para suami istri. Siapa yang membuka telinganya untuk mendengar keluhan banyak orang, akan mengetahui apa yang tidak diketahui oleh orang lain.
Apakah kalian tahu bahwa sudah biasa untuk sebagian orang, kalau laki-laki itu punya selingkuh? Dan ini tidaklah seberapa dibandingkan musibah orang yang menganggap perempuan yang berselingkuh itu adalah juga hal biasa! Sedangkan Allah menjadikan sifat-sifat wanita beriman itu adalah bahwa mereka
“..wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya..”
Yaitu sebagai selingkuh dan pacar.
Para tuan sekalian,
Sesungguhnya orang-orang munafik hendak melepas penutup dari perempuan-perempuan kalian. Dan para sekularis berusaha siang malam untuk itu. Salah seorang dari mereka menulis: “Hobiku adalah memacari perempuan-perempuan dari keturunan baik-baik”. Dan yang lainnya berkata: “Hendaknya kalian mencari perempuan-perempuan dari keturunan baik-baik, karena mereka tidak mengidap AIDS”.
Dan kalian tahu apa yang mereka maksud dan yang mereka tuju.
Mereka menghendaki kalian wahai orang-orang yang masih tetap berada dalam kebaikan! Mereka ingin merendahkan kepala-kepala kalian yang tegak tinggi itu. Sungguh, betapa bodohnya orang yang menuruti mereka.
Jangan kalian bilang bahwa aku terlalu berlebih-lebihan. Sudah berapa banyak bayi-bayi temuan yang dibuang ke trotoar-trotoar jalan, tong-tong sampah atau pintu-pintu masjid. Sebagiannya bahkan ada yang dibunuh tanpa dosa apa-apa. Apakah ia hasil dari hubungan halal ataukah haram?
Saudara-saudaraku, sesungguhnya kita sedang berada di masa krisis akhlak yang sudah mencapai titik paling nadir!
Maka apakah kita sedang menunggu hari di mana seorang laki-laki berusaha mencari istri yang terjaga iffahnya namun tidak ia temukan? Sebagian wanita sudah kehilangan rasa malu akibat kelemahan mereka dan tidak adanya orang yang mengawasi. Sebagian mereka ketika sampai di tempat studi yang tidak jelas, menanggalkan hijab syar’iy yang mereka kenakan sebagai penutup kemudian bertabarruj seperti wanita-wanita rendahan. Apa yang mendorong mereka melakukan hal itu? Lemahnya pendidikan dan minimnya pengawasan.
Bocah-bocah perempuan di sekolah menenteng-nenteng handphone! Untuk apa? Kenapa? Pertanyaan-pertanyaan yang butuh jawaban.
Kita harus mengkoreksi diri dalam mendidik putri-putri kita. Karena sesungguhnya pendidikan itu adalah batu dasar pertama sebuah perilaku yang baik.
“Kalau luka yang sudah dibalut menjadi rusak
Jelas sudah kalau si tabib menyepelekan”
Periksalah buku-buku putri kalian dan perhatikan isi tas sekolah mereka. Bukan untuk mencurigai. Akan tetapi untuk sungguh-sungguh menjaga benteng ini jangan sampai ia dipanjat orang. Dan jangan sampai kehormatan ini direndahkan orang. Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam bersabda: “Cukuplah menjadi dosa bagi seseorang, dengan tidak mempedulikan orang-orang yang ia tanggung nafkahnya”.
“Kalaulah seorang itu terjaga kehormatannya
Maka pakaian apapun yang ia kenakan, indah rupanya
Dan kalau kau tak pernah menganjurkan dirimu berbuat kebaikan
Maka tidak ada jalan bagimu untuk mendapatkan baiknya pujian”
Baarokallaahu lii wa lakum fil qur`aanil ‘azhiim…

Selamatkan Putri-Putri Kalian !!! (Bag 2)
Segala puji bagi Allah dan segala syukur kepada Allah atas taufik-Nya yang menyeluruh. Dan aku bersaksi bahwa tiada sembahan yang haq kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya semoga Allah senantiasa memberi sholawat dan salam kepadanya dan keluarganya serta para Sahabatnya, para penunjuk jalan bagi manusia dan pelita-pelita dalam kegelapan.
Para tuan sekalian,
Bertakwalah kepada Allah, dalam sikap cemburu terhadap kehormatan dan kemuliaan kalian. Karena ia adalah sesuatu yang paling mahal, dan milik yang paling berharga. Dengannyalah dibedakan antara orang-orang mulia dan orang-orang rendahan, orang-orang terhormat dan orang-orang hina. Maka janganlah kalian lalai dalam rasa cemburu kalian terhadap para wanita kalian. Jangan kalian serahkan tali kendali urusan kalian kepada para penyeru kesesatan dan penyimpangan. Sebab mereka akan hanyut bersama para wanita kalian ke dalam jurang. Kalau rasa malu seorang pemudi telah hilang, maka apa yang tersisa padanya?
[Akan kujaga kehormatanku dengan hartaku, takkan kukotori
Tidak ada gunanya harta kalau kehormatan tlah ternodai
Harta yang hancur bisa kudapat lagi
Kehormatan yang rusak tak mungkin kembali]
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah pun cemburu. Dan kecemburuan Allah itu adalah ketika seseorang melakukan apa yang Allah haramkan. Sebagaimana yang terdapat dalam hadis shahih. Maka cemburu itu adalah termasuk sifat terpuji. Siapa yang memiliki kecemburuan, akan semakin tinggi kedudukannya. Dan siapa yang kehilangan rasa cemburu, ia akan menjadi seperti barang tak berharga. Sa’ad bin ‘Ubaadah berkata: “Kalau aku lihat ada seorang laki-laki bersama istriku, maka akan aku pukul laki-laki itu dengan pedangku tanpa ampun”. Perkataan ini pun sampai kepada Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam. Maka beliau berkata: “Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa’d? Sesungguhnya aku lebih cemburu dari Sa’d. Dan Allah lebih cemburu dariku”.
Ali rodhiyallaahu’anhu pernah mengirimkan surat kepada salah satu kota, untuk berbicara kepada para penduduknya. Ia menulis: “Telah sampai kepadaku kabar bahwa perempuan-perempuan kalian berdesak-desakan di pasar dengan orang-orang kafir non-arab!! Tidakkah kalian cemburu?! Sungguh tidak ada kebaikan pada orang yang tidak punya rasa cemburu”. Bagaimana kalau beliau melihat keadaan kita dan sudah sampai sejauh mana kita sekarang ini.
Dan salah satu kisah sejarah waktu dulu yang pernah diceritakan kepada kami, dan masih tetap terus teringat. Ada seorang wanita yang datang kepada salah seorang hakim. Wanita ini mengajukan klaim pada suaminya bahwa suaminya itu memiliki hutang maskawin sebesar 500 dinar. Sang suami pun mengingkari bahwa dia memiliki hutang. Maka hakim berkata: datangkanlah saksi-saksimu untuk menunjuk wanita itu dalam kesaksian mereka. Maka sang suami menghadirkan para saksi. Hakim berkata kepada salah seorang dari mereka: “Lihatlah kepada wanita itu, untuk kau tunjuk dalam kesaksianmu”. Sang suami pun bangkit berdiri dan berkata: “Apa yang kalian inginkan dengannya (istriku -pent)? Dijawab: “Si saksi haruslah melihat wajah istrimu agar pengenalannya atas istrimu itu sah”. Laki-laki itupun dikuasai ketinggian harga dirinya, dan kecemburuan terhadap istrinya pun bangkit. Dia berteriak di depan orang banyak. “Sungguh aku bersaksi kepada hakim bahwa aku berhutang mas kawin itu kepada istriku. Tapi istriku jangan sampai menampakkan wajahnya”. Sang istri pun berkata: “Dan aku bersaksi bahwa aku merelakan maskawinku, karena kecemburuannya terhadapku dengan tidak diperlihatkannya wajahku!”.
Semoga Allah merahmati mereka.
Betapa jauhnya mereka dari orang-orang di zaman sekarang ini. Orang-orang yang telah lepas dari rasa malu dan kehilangan rasa cemburu. Sehingga perempuan-perempuan mereka pun keluar dengan memperlihatkan wajah, kepala, tangan dan betis. Dan mereka mengaku-ngaku sebagai orang-orang pencemburu!
Para tuan sekalian, awaslah terhadap apa yang hendak diperbuat terhadap kalian. Janganlah teriakan-teriakan keji dari para westernis yang sekuler dan munafik itu sampai memfitnah kalian. Teriakan-teriakan yang tersebar dan beredar di media-media informasi. Apakah kalian tahu apa yang mereka inginkan terhadap kalian? Mereka ingin menjarah kehormatan dan keiffahan yang kalian nikmati dan telah hilang dari mereka.
Salah seorang wanita tak bermoral menyerukan pendirian tempat-tempat disko bagi para pemuda dan pemudi untuk bersenang-senang. Sesungguhnya mereka dengki terhadap kalian dengan hijab dan rasa malu yang tidak lagi mereka miliki. Sehingga mereka ingin agar kalian sama dengan mereka. Utsman berkata: “Seorang wanita pezina itu ingin sekali kalau semua wanita adalah pezina”. Mereka ingin menghancurkan kalian dengan komentar-komentar mereka yang menghina hijab, dan menghina orang-orang yang berpegang teguh dengan agama ini sebagai orang-orang terbelakang, agar kalian merasa rendah diri di hadapan seruan-seruan mereka. Kemudian kalian serahkan kendali kepemimpinan kepada mereka. Lalu kalian pun jatuh bersama mereka ke dalam jurang. Mereka ingin merampas putri-putri kalian dan bersenang-senang dengan mereka. Karena mereka iri terhadap penjagaan dan sikap terhormat kalian.
Aku sampaikankan seruanku ini kepada setiap laki-laki, agar ia bertakwa kepada Allah, dan bersikap cemburu terhadap para mahromnya. Dan dengarkanlah apa yang dikatakan oleh seorang wanita yang menyesal setelah kehilangan keiffahan dan kehormatannya. Ia berkata: “Tidak ada seorang wanitapun yang lalai menjaga kehormatannya, kecuali hal itu adalah akibat dosa seorang laki-laki yang lalai menunaikan kewajibannya”.
Sesungguhnya orang-orang munafik dan sekuler menaruh dengki terhadap kehormatan kalian. Mereka bertanya-tanya dengan penuh penyesalan: mengapa cuma mereka? yaitu, yang bisa sedemikian rupa menjaga kehormatan? Bukankah termasuk kebodohan dan kerendahan, seorang perempuan yang keluarganya adalah teladan kemuliaan dan simbol keberanian, tapi ia sendiri tidur sebagai seorang pelacur di hadapan para anjing itu?
Bersungguh-sungguhlah dalam menjaga kehormatan kalian. Jangan biarkan perempuan-perempuan kalian terkena fitnah, lalu kalian meminta sesuatu yang mustahil kepada mereka. Jangan engkau tempatkan dia di hadapan para lelaki, kemudian engkau berkata: tahanlah dirimu!
Tunjukkan kepadaku seorang laki-laki dari kalian yang bisa menahan nafsunya di depan seorang wanita yang ia suka. Maka aku akan percaya bahwa ada seorang wanita yang bisa menahan nafsunya di depan seorang laki-laki yang selalu berbaur dengannya dan ia cenderung terhadap laki-laki tersebut.
Kalau kalian tidak mampu melakukannya, maka ketahuilah bahwa para wanita lebih tidak mampu lagi.
Saudariku,
Di zaman sekarang yang segala sesuatunya telah berubah, dan tidak ada lagi moral yang tersisa di sekian banyak tempat kecuali hanya bekasnya saja, dan di mana kita telah kehilangan banyak pemuda yang memiliki kecemburuan karena telah membatunya perasaan mereka, juga di mana kita telah kehilangan banyak pria-pria kesatria karena telah bengkoknya pemahaman mereka, dan di saat tidakadanya pengawas yang sungguh-sungguh menjaga agar jangan sampai mahrom-mahrom mereka dinodai, atau jangan sampai pagar-pagar mereka dipanjat orang, kami sampaikan panggilan ini kepadamu sebagai himbauan bagimu berkenaan dengan agama, penutup aurat dan rasa malumu.
Saudariku,
Di saat para pelaku keburukan telah mulai menjulurkan lidah mereka laksana ular, menyimpan hati serigala di antara tulang-tulang rusuk mereka dan mengenakan pakaian rubah.
Di masa yang penuh dengan fitnah dan bencana, disertai hilangnya para pria yang memiliki kecemburuan, jagalah dirimu baik-baik, berpegang teguhlah dengan hijabmu karena hijabmu adalah keiffahan dan hartamu yang amat mahal, maka jangan menyepelekannya.
Pacul-pacul penghancur begitu banyak! Mengepungmu dari segala penjuru. Maka hati-hati dan awaslah! Jangan sampai para penyeru kebejatan itu membunuh kita melaluimu dan jangan sampai mereka menikam kita dari jalanmu.
Wahai saudari kami, wahai kemuliaan kami, wahai simpanan kehormatan kami, berpegangteguhlah dengan keiffahanmu dan hijab syar’iymu di masa keterasingan ini. Jangan sampai banyaknya wanita yang meniru-niru para perempuan rendahan yang engkau lihat, membuatmu lemah. Karena engkau lebih mahal dan lebih tinggi. Engkau tidak ruwet, engkau tidak terbelakang, engkau tidak murahan.
Berapa banyak pria yang menjaga iffahnya sangat menginginkanmu menjadi istrinya, yang percaya kepadamu ketika ia keluar, yang bisa menitipkanmu sesuatu paling berharga miliknya. Dan berapa banyak para pria berandal yang tidak melihat perempuan rendahan itu kecuali hanya sebagai mainan sementara.
Wahai kekayaan kami yang begitu mahal, wahai simpanan keiffahan, wahai pribadi langka di masa orang banyak kehilangan sesuatu yang berharga! Wahai simbol keiffahan! Jangan resah dengan keterasinganmu! Karena keterasinganmu itu sesuatu yang terpuji dan akan hilang setiapkali engkau bertambah akrab dengan Allah.
Jangan engkau anggap perempuan rendahan itu bahagia!! Darimana kebahagiaan itu akan datang kepadanya, sedang ia sendiri tahu bahwa hasrat paling jauh para lelaki terhadapnya hanyalah agar ia sekedar menjadi seorang pacar.
Waspadalah terhadap para penyeru keburukan yang telah kehilangan milik paling bernilai seorang wanita. Mereka ingin menceburkanmu ke kubangan telah menenggelamkan mereka. Waspadailah setiap penyeru kebejatan dan klaim-klaim sesat mereka dengan nama apapun! Mereka ingin memanfaatkanmu!! Apakah kamu mau dengan hal-hal rendahan itu?
Awas, jangan sampai engkau ikut dalam rombongan mereka, dan jangan sampai engkau terjerat dalam tipu daya mereka. Waspadalah, wahai pribadi yang segenap ayah, putra dan saudara menegakkan kepala penuh bangga terhadapmu. Jangan buat kepala-kepala itu tertunduk malu dengan tidurnya engkau di pelukan pria bejat yang setelah itu ia membuat hina keluarga terhormatmu. Lihatlah kepada laki-laki yang berbangga telah dapat mempermainkanmu, wahai putri kemuliaan dan kehormatan! Sedang laki-laki itu, siapa dia? Duhai betapa rendah dan sedihnya. Tidak pantaskah kita meneteskan air mata atas kehormatan yang telah direndahkan dan kemuliaan yang digelincirkan?
Sesungguhnya ada sekelompok orang yang ingin mempermainkanmu. Dulu mereka tidak berhasil dengan para pendahulumu, walaupun hanya dengan pemikiran. Tapi bagaimana sekarang mereka bisa mempermainkanmu di atas meja-hidangan kejatuhan.
Jangan tertipu dengan suara-suara mereka yang meneriakkan pembebasan, pemberian hak-hak wanita, mereka tidak lain hanya ingin engkau bertabarruj, dan supaya engkau datang kepada mereka dengan sukarela, dan lisan keadaanmu seolah berkata: “Ini aku. Untukmu. Dan perbuatlah apa saja sekehendakmu tanpa batas”.
“Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (Q.S.4:27)
Jangan sampai mereka masuk kepadamu dari pintu keburukan. Karena tipudaya mereka amat banyak, dan taktik mereka sangat licik. Mereka telah terlatih dengan kebatilan sampai mereka menguasai selu-beluknya.
Kalau mereka berkata kepadamu: lepaslah hijab syar’iymu, tentu engkau tidak akan mau dan berteriak: hijabku, hijabku! Maka dari itu mereka masuk dengan perlahan-lahan seperti masuknya setan, maka tidakkah engkau bangkit sadar wahai saudariku?
Ketahuilah bahwa hijab itu adalah hiasan seorang wanita. Maka kalau engkau mengenakan hijab, kenakanlah ia karena Allah. Sebab ini adalah modal utama. Boleh jadi engkau akan diuji dengan seorang laki-laki hina yang dayuts!! Maka jangan engkau tanggalkan pakaian kehormatan dan harga diri untuk seorang dayuts yang sebenarnya bukan seorang pria.
Dan kalau engkau mengenakan hijab syar’iy karena Allah, dan untuk menjaga dirimu, maka kenakanlah ia sebagaimana yang Allah kehendaki. Jangan engkau membuat firnah dengan menyingkap hijabmu karena ia adalah modal utamamu. Ketahuilah, ketika engkau mengenakan hijab syar’iy, maka engkau mengenakannya karena taat kepada Tuhanmu. Oleh karena itu sudah sepantasnya, sedang keadaanmu sedemikian, engkau merasa bangga dan nyaman dengannya.
Tidakkah aneh, seorang wanita yang mutabarrijah bangga dengan tabarrujnya, sedangkan engkau tidak bangga dengan hijabmu? Pujilah Allah atas nikmat hijab syar’iymu dan atas kemampuanmu untuk mengenakannya. Berapa banyak wanita yang berharap mendapatkan nikmat ini tapi belum mendapatkan tawfiq untuk itu. Atau ia terhalangi oleh sebab-sebab yang di luar keinginannya.
Hiasilah jiwamu dengan ketakwaan sebagaimana engkau menghiasi zohirmu dengan hijab yang merupakan simbol wanita-wanita yang menjaga iffah mereka. Dan hati-hatilah jangan sampai arus zaman ini menggulungmu sebagaimana ia telah menghanyutkan wanita-wanita lain sehingga timur mereka menjadi barat, dan utara mereka menjadi selatan.
Waspadalah terhadap tabarruj yang dikaleng (dikiaskan dengan produk-produk seperti makanan/minuman yang dikemas dalam kaleng -pent) yang dinamakan penutup aurat, tapi tinggal nama saja. Dan yang disebut hijab, tapi tinggal sebutannya saja.
Saudariku,
Peristiwa-peristiwa yang  menyedihkan begitu banyak, hal-hal yang memedihkan perasaan tersebar di mana-mana, dan fitnah-fitnah begitu merajalela. Hati-hatilah jangan sampai engkau celaka. Karena dengan kecelakaanmu itu, celaka jugalah umat ini. Apakah engkau menyadari hal itu?
Ya Allah perbaikilah keadaan wanita-wanita kaum muslimin..
Ya Allah perbaikilah keadaan pemuda-pemuda kaum muslimin..
Ya Allah perbaikilah keadaan lelaki-lelaki kaum muslimin..
Ya Allah nyalakanlah dalam hati mereka bara api kecemburuan..
Ya Allah perbaikilah keadaan lelaki-lelaki kaum muslimin..
Ya Allah nyalakanlah dalam hati mereka bara api kecemburuan..
(Selesai)


HATI-HATI DARI TEMAN YANG BURUK!

بسم الله الرحمن الرحيم
Penulis: Al Ustadzah Ummu Ishaq Al Atsariyyah
Dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan:
مَثَلُ الْـجَلِيْسِ الصَّالـِحِ وَالسُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ. فَحَامِلُ الْـمِسْكِ إِمَّا أَنْ يَحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيْحًا خَبِيْثَةً

Permisalan teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa teman dapat memberikan pengaruh negatif ataupun positif sesuai dengan kebaikan atau kejelekannya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerupakan teman bergaul atau teman duduk yang baik dengan penjual minyak wangi.
Bila duduk dengan penjual minyak wangi, engkau akan dapati satu dari tiga perkara sebagaimana tersebut dalam hadits. Paling minimnya engkau dapati darinya bau yang harum yang akan memberi pengaruh pada jiwamu, tubuh dan pakaianmu. Sementara kawan yang jelek diserupakan dengan duduk di dekat pandai besi. Bisa jadi beterbangan percikan apinya hingga membakar pakaianmu, atau paling tidak engkau mencium bau tak sedap darinya yang akan mengenai tubuh dan pakaianmu.
Dengan demikian jelaslah, teman pasti akan memberi pengaruh kepada seseorang. Dengarkanlah berita dari Al-Qur`an yang mulia tentang penyesalan orang zalim pada hari kiamat nanti karena dulunya ketika di dunia berteman dengan orang yang sesat dan menyimpang, hingga ia terpengaruh ikut sesat dan menyimpang.
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً. يَاوَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلاً. لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, andai kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku. Sungguh ia telah menyesatkan aku dari Al-Qur`an ketika Al-Qur`an itu telah datang kepadaku.’ Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.(Al-Furqan: 27-29)
‘Adi bin Zaid, seorang penyair Arab, berkata:
عَنِ الْـمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْـمُقَارَنِ يَقْتَدِي
إِذَا كُنْتَ فِي قَوْمٍ فَصَاحِبْ خِيَارَهُمْ وَلاَ تُصَاحِبِ الْأَرْدَى فَتَرْدَى مَعَ الرَّدِي
Tidak perlu engkau bertanya tentang (siapa) seseorang itu, namun tanyalah siapa temannya
Karena setiap teman meniru temannya
Bila engkau berada pada suatu kaum maka bertemanlah dengan orang yang terbaik dari mereka
Dan janganlah engkau berteman dengan orang yang rendah/hina niscaya engkau akan hina bersama orang yang hina
Karenanya lihat-lihat dan timbang-timbanglah dengan siapa engkau berkawan.

Dampak Teman yang Jelek
Ingatlah, berteman dengan orang yang tidak baik agamanya, akhlak, sifat, dan perilakunya akan memberikan banyak dampak yang jelek. Di antara yang dapat kita sebutkan di sini:
1. Memberikan keraguan pada keyakinan kita yang sudah benar, bahkan dapat memalingkan kita dari kebenaran. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ. قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ إِنِّي كَانَ لِي قَرِينٌ. يَقُولُ أَئِنَّكَ لَمِنَ الْمُصَدِّقِينَ. أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَدِينُونَ. قَالَ هَلْ أَنْتُمْ مُطَّلِعُونَ. فَاطَّلَعَ فَرَآهُ فِي سَوَاءِ الْجَحِيمِ. قَالَ تَاللهِ إِنْ كِدْتَ لَتُرْدِينِ. وَلَوْلاَ نِعْمَةُ رَبِّي لَكُنْتُ مِنَ الْمُحْضَرِينَ
Lalu sebagian mereka (penghuni surga) menghadap sebagian yang lain sambil bercakap-cakap. Berkatalah salah seorang di antara mereka, “Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) memiliki seorang teman. Temanku itu pernah berkata, ‘Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang yang membenarkan hari berbangkit? Apakah bila kita telah meninggal dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, kita benar-benar akan dibangkitkan untuk diberi pembalasan.” Berkata pulalah ia, “Maukah kalian meninjau temanku itu?” Maka ia meninjaunya, ternyata ia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka yang menyala-nyala. Ia pun berucap, “Demi Allah! Sungguh kamu benar-benar hampir mencelakakanku. Jikalau tidak karena nikmat Rabbku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret ke neraka.” (Ash-Shaffat: 50-57)
Dengarkanlah kisah wafatnya Abu Thalib di atas kekafiran karena pengaruh teman yang buruk. Tersebut dalam hadits Al-Musayyab bin Hazn, ia berkata, “Tatkala Abu Thalib menjelang wafatnya, datanglah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau dapati di sisi pamannya ada Abu Jahl bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah ibnil Mughirah. Berkatalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai pamanku, ucapkanlah Laa ilaaha illallah, kalimat yang dengannya aku akan membelamu di sisi Allah.’ Namun kata dua teman Abu Thalib kepadanya, ‘Apakah engkau benci dengan agama Abdul Muththalib?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus meminta pamannya mengucapkan kalimat tauhid. Namun dua teman Abu Thalib terus pula mengulangi ucapan mereka, hingga pada akhirnya Abu Thalib tetap memilih agama nenek moyangnya dan enggan mengucapkan Laa ilaaha illallah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
2. Teman yang jelek akan mengajak orang yang berteman dengannya agar mau melakukan perbuatan yang haram dan mungkar seperti dirinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang munafikin:
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً
Mereka menginginkan andai kalian kafir sebagaimana mereka kafir hingga kalian menjadi sama.(An-Nisa`: 89)
3. Tabiat manusia, ia akan terpengaruh dengan kebiasaan, akhlak, dan perilaku teman dekatnya. Karenanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang itu menurut agama teman dekat/sahabatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa ia bersahabat1.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 927)
4. Melihat teman yang buruk akan mengingatkan kepada maksiat sehingga terlintas maksiat dalam benak seseorang. Padahal sebelumnya ia tidak terpikir tentang maksiat tersebut.
5. Teman yang buruk akan menghubungkanmu dengan orang-orang yang jelek, yang akan memudaratkanmu.
6. Teman yang buruk akan menggampangkan maksiat yang engkau lakukan sehingga maksiat itu menjadi remeh/ringan dalam hatimu dan engkau akan menganggap tidak apa-apa mengurangi-ngurangi dalam ketaatan.
7. Karena berteman dengan orang yang jelek, engkau akan terhalang untuk berteman dengan orang-orang yang baik/shalih sehingga terluputkan kebaikan darimu sesuai dengan jauhnya engkau dari mereka.
8. Duduk bersama teman yang jelek tidaklah lepas dari perbuatan haram dan maksiat seperti ghibah, namimah, dusta, melaknat, dan semisalnya. Bagaimana tidak, sementara majelis orang-orang yang jelek umumnya jauh dari dzikrullah, yang mana hal ini akan menjadi penyesalan dan kerugian bagi pelakunya pada hari kiamat nanti. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ تَعَالَى فِيْهِ، إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً
Tidak ada satu kaum pun yang bangkit dari sebuah majelis yang mereka tidak berzikir kepada Allah ta’ala dalam majelis tersebut melainkan mereka bangkit dari semisal bangkai keledai2 dan majelis tersebut akan menjadi penyesalan bagi mereka.” (HR. Abu Dawud. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 77)
Demikian… Semoga ini menjadi peringatan!
(Dinukil secara ringkas dengan perubahan dan tambahan oleh Ummu Ishaq Al-Atsariyah dari kitab Al-Mukhtar lil Hadits fi Syahri Ramadhan, hal. 95-99)
Catatan kaki:
1 Seseorang akan berperilaku seperti kebiasaan temannya dan juga menurut jalan serta perilaku temannya. Maka hendaknya setiap kita merenungkan dan memikirkan dengan siapa kita bersahabat. Siapa yang kita senangi agama dan akhlaknya maka kita jadikan ia sebagai teman, dan yang sebaliknya kita jauhi. Karena yang namanya tabiat akan saling meniru dan persahabatan itu akan berpengaruh baik ataupun buruk. (Tuhfatul Ahwadzi, kitab Az-Zuhd, bab 45)
2 Sama dengan bangkai keledai dalam bau busuk dan kotornya. (‘Aunul Ma’bud, kitab Al-Adab, bab Karahiyah An Yaqumar Rajulu min Majlisihi wala Yadzkurullah)
(Sumber: Majalah Asy Syariah no. 43/IV/1429 H/2008, halaman 91 s.d. 93, judul: Hati-Hati dari Teman yang Buruk!, penulis: Al Ustadzah Ummu Ishaq Al Atsariyyah, katagori: Mutiara Kata, URL Sumber: http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=717)